TUGAS SOFTSKILL
Nama : Ching Ching Selvia
NPM : 11211631
Kelas : 3EA27
Mata Kuliah : Etika Bisnis
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. (Wikipedia) Etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis (Velasquez, 2005).
Secara sederhana yang dimaksud dengan
etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri
dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis
secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Dengan demikian, etika bisnis dapat
disimpulkan sebagai berikut :
“Keseluruhan dari aturan-aturan etika,
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur hak-hak dan
kewajiban produsen dan konsumen serta etika yang harus dipraktekkan dalam
bisnis.”
- Mitos Bisnis Amoral
Bisnis adalah bisnis. Beberapa ungkapan yang sering terdengar yang
menggambarkan hubungan antara bisnis dan etika sebagai dua hal yang terpisah
satu sama lain. Itulah ungkapan yang dikemukakan oleh De George yang disebut
sebagai Mitos Bisnis Amoral. Ungkapan tersebut menggambarkan dengan jelas
anggapan atau keyakinan orang bisnis, sejauh mereka menerima mitos seperti itu
tentang dirinya , kegiatannya, dan lingkungan kerjanya. Secara lebih tepat,
mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan
moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis dan etika adalah
dua hal yang sangat berbeda dan tidak boleh dicampuradukkan.
Menurut mitos ini, karena kegiatan orang bisnis adalah melakukan
bisnis sebaik mungkin untuk mndapat keuntungan, maka yang menjadi pusat
perhatian orang bisnis adalah bagaimana memproduksi, mengedarkan,menjual,dan
membeli suatu barang dengan memperoleh keuntungan. Tujuan satu-satunya adalah
mendatangkan keuntungan yang sebesar besarnya.
Jadi Mitos Bisnis Amoral itu adalah mitos atau ungkapan yang
menggambarkan bahwa antara bisnis dengan moralitas atau etika tidak ada
hubungan nya sama sekali. Namun mitos ini tidak sepenuhnya benar. Bisa
dikatakan demikian, karena bagi pebisnis yang menginginkan bisnisnya lancar dan
tahan lama, segi materi itu tidaklah cukup untuk menjaga suatu bisnis tersebut.
Dibutuhkan suatu pengetahuan, pengalaman yang luas untuk dapat memperoleh atau
meraih tujuan tersebut. Beberapa perusahaan ternyata bisa berhasil karena
memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu. Bisnis juga bagian dari
aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma atau nilai yang dianggap
baik dan berlaku dimasyarakat ikut dibawa serta dalam kegiatan bisnis dan dan
harus dibedakan antara legalitas dan moralitas dunia bisnis yang ketat.
Perusahaan dapat mengutamakan etika bisnis, yaitu pelaku bisnis dituntut
menjadi orang yang profesional di bidang usahanya. Yang meliputi kinerja di
dalam bisnis, manajemen, kondisi keuangan perusahaan, kinerja etis, dan etos
bisnis yang baik. Perusahaan dapat mengetahui bahwa konsumen adalah raja,
dengan ini pihak perusahaan dapat menjaga kepercayaan konsumen, meneliti lebih
lanjut lagi terhadap selera dan kemauan konsumenserta menunjukksn citra (image) bisnis yang etis dan baik. Peran
pemerintah yang menjamin kepentingan antara hak dan kewajiban bagi semua pihak
yang ada dalam pasar terbuka, demgan ini perusahaan harus menjalankan bisnisnya
dengan baik dan etis. Perusahaan modern menyadari bahwakaryawan bukanlah tenaga
yang harus di eksploitasi demi mencapai keuntungan perusahaan.
Jadi dengan demikian bisa disimpulkan bahwa :
1.
Bisnis memang sering diibaratkan
dengan judi bahkan sudah dianggap sebagai semacam judi atau permainan penuh
persaingan yang ketat.Tidak sepenuhnya bisnis sama dengan judi atau permainan.
Dalam bisnis orang dituntut untuk berani bertaruh, berani mengambi resiko,
berani berspekulasi, dan berani mengambil langkah atau strategi tertentu untuk
bisa berhasil. Namun tidak bisa disangkal juga bahwa yang dipertaruhkan dalam
bisnis tidak hanya menyangkut barang atau material. Dalam bisnis orang
mempertaruhkan dirinya, nama baiknya, seluruh hidupnya, keluarga, hidup serta
nasib manusia pada umumnya. Maka dalam bisnis orang bisnis tidaka sekedar
main-main, kalaupun itu adalah permainan, ini sebuah permainan penuh
perhitungan.Karena itu orang bisnis memang perlu menerapkan cara dan strategi
yang tepat untuk bisa berhasil karena taruhan yang besar tadi.dan harus
diperhitungkan secara matang sehingga tidak sampai merugikan orang atau pihak
lain dan agar pada akhirnya juga tidak sampai merugikan dirinya sendiri.
2.
Dunia bisnis mempunyai aturan main
sendiri yang berbeda sama sekali dari aturan yang berlaku dalam kehidupan sosial
pada umumnya. Bisnis adalah fenomena modern yang tidak bisa dipisahkan dari
masyarakat. Bisnis terjadi dan berlangsung dalam dalam masyarakat. Itu artinya
norma atau nilai yang dianggap yang dianggap baik dan berlaku dalam kehidupan
pada umumnya mau tidak mau dibawa serta dalam kegiatan dan kehidupan bisnis
seorang pelaku bisnis sebagai manusia.
3.
Harus dapat membedakan antara
Legalitas dan Moralitas. Legalitas dan Moralitas berkaitan satu sama lain tapi
tidak identik. Hukum memang mengandalkan Leglitas dan Moralitas, tetapi tidak
semua hukum dengan Legalitas yang baik ada unsur Moralitas nya. Contohnya praktek
monopoli. Maka, monopoli adalah praktek yang secara legal diterima dan
dibenarkan, secara moral praktek ini harus ditentang dan dikutuk, dan memang
ditentang dan dikutuk oleh masyarakat sebagai praktek yang tidak adil, tidak
fair, dan tidak etis. Orang bisnis juga menentang praktek tersebut. Ini
menunjukkan bahwa orang bisnis pun sadar dan menuntut perlunya praktek bisnis
yang etis, terlepas dari apakah praktek itu didasarkan pada aturan hukum bisnis
atau tidak.
4.
Etika harus dibedakan melalui ilmu
empiris. Ilmu empiris diibaratkan ilmu pasti seperti matematika, suatu
kenyataan bisa dijadikan patokan dalam pembuatan keputusan selanjutnya. Namun
lain halnya dengan etika. Etika memang melihat kenyataan sebagai pengambilan
keputusan dan perbedaan nya terletak pada unsure-unsur pertimbangan lain dalam
pengambilan keputusan.
5.
Gerakan dan aksi seperti lingkungan
hidup, konsumen, buruh, wanita, dan semacamnya dengan jelas menunjukkan bahwa
masyarkat tetap mengharapkan agar bisnis dijalankan secara etis dengan
memperhatikan masalah lingkungan hidup, hak konsumen, hak buruh, hak wanita.
Dan sebagai manusia yang bermoral, para pelaku bisnis juga sesungguhnya tidak
mau merugikan masyarakat atau konsumen sebagaimana dia sendiri sebagai konsumen
tidak ingin dirugikan oleh produsen manapun.
- Keutamaan Etika Bisnis
Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi
orang-orang profesional di bidangnya. Perusahaan yang unggul bukan hanya
memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial dan finansial yang baik akan tetapi
juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik.
Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen
benar-benar raja Kepercayaan konsumen dijaga dengan memperlihatkan citra bisnis
yang baik dan etis.
Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin
kepentingan dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan harus menjalankan
bisnisnya dengan baik dan etis.
- Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
Ada tiga sasaran dan lingkup pokok
etika bisnis, yaitu :
1.
Sasaran
pertama, etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi
dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang terkait dengan praktek
bisnis yang baik dan etis. Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau para pelaku
bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Imbauan ini disatu
pihak didasarkan pada prinsip etika tertentu, tetapi di pihak lain dikaitkan
pula dengan kekhususan secara kondisi kegiatan bisnis itu sendiri. Dalam hal
ini para pelaku bisnis diimbau untuk berbisnis secara baik dan etis. Lingkup
etika bisnis ditujukan kepada para manajer dan pelaku bisnis, dan sering kali
etika bisnis disebut dengan etika manajemen. Etika manajemen diartikan secara
semput sebagai etika organisasi dan manajemen erusahaan secara internal. Etika
bisnis dalam lingkupnya menyangkut :
a.
Perilaku
dari organisasi perusahaan secara internail dan eksternal
b.
Perilaku
kelembagaan dalam perusahaan
c.
Perilaku
bisnis yang baik dan etis secara individual dalam interaksinya dengan pihak
lain.
2.
Sasaran
kedua, pada tingkat ini etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk
bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi
terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut. Etika bisnis pada sasaran
ini bersifat sangat subversif. Subversif karena ia menggugah, mendorong, dan
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak dibodoh-bodohi, dirugikan, dan
diperlakukan secara tidak adil dan tidak etis oleh praktek bisnis pihak mana
pun.
3.
Sasaran
ketiga, pada tingkat ini etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu
barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi. Dengan lingkup dimana
pembicaraan mengenai oligopoli, monopoli, kolusi dan praktek semacamnya yang
akan sangat mempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu ekonomi melainkan juga
baik tidaknya praktek bisnis dalam sebuah Negara. Teori keadilan yang terkait
erat dengan system ekonomi dan juga mengenai sistem pasar bebas yang merupakan
sistem paling relevan sekarang ini.
Lingkup etika bisnis pada sasaran ini menekankan pentingnya kerangka
legal-politis bagi praktek bisnis yang baik yaitu pentingnya hukum dan aturan
serta peran pemerintah yang efektif menjamin keberlakuan aturan bisnis tersebut
secara konsekuen tanpa pandang bulu.
- Prinsip Etika Bisnis
Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis
sebagai berikut:
1.
Prinsip
otonomi
Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya
baik untuk dilakukan. Atau mengandung arti bahwa perusahaan secara bebas
memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan
visi dan misi yang dimilikinya.
2.
Prinsip
kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung
keberhasilan perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik
internal maupun eksternal perusahaan. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis
yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama
dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam
pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam
penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur
dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
3.
Prinsip
tidak berniat jahat
Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan
prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
4.
Prinsip
keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait
dengan sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai
kontribusinya, pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain,menuntut agar
setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai
kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
5.
Prinsip
hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip
kejujuran, tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.
- Prinsip Utama Etika Bisnis
Prinsip utama
menjaga etika bisnis adalah harus menjadi pebinis yang baik. Prinsip moral
menjadi orang baik itu banyak. Banyak yang menjadi kesepakatan umum, Artinya,
yang memenuhi prinsip moral untuk komunitas yang lebih besar. Dalam dunia
bisnis, ada beberapa prinsip moral utama agar menjadi pebisnis yang baik, yaitu
:
1.
Pertama, Kejujuran. Ini ad alah landasan dari kepercayaan, kepercayaan
adalah landasan dari bisnis yang sehat. Salah satu figure yang jelas adalah
Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedagang yang maju karena menjunjung tinggi
kejujuran.
“Memang ada kalanya ketidakjujuran menghasilkan keuntungan, namun hanya sesaat, tidak bisa terus-menerus, maka kejujuran dan kepercayaan adalah yang utama,” ujar Boediono.
2. Kedua, taat kepada hukum dan aturan di suatu negara. Ini perlu
dipenuhi, salah satunya adalah membayar pajak.
3.
Ketiga, bersedia untuk berbagi. Meski ada persaingan, tidak berarti
harus saling menuduh. Menang dalam bisnis, bukan berarti membunuh lawan.
“Menang untuk mendapatkan sesuatu. Memang kalau sudah saling membunuh, lingkungannya lain. Kompetisi yang sehat contohnya adalah olahraga. Kalau kalah, kalau diikuti sebenarnya adalah sama-sama mendapatkan kemenangan dalam kompetisi yang sehat,” ungkap Boediono.
4.
Keempat, menjaga lingkungan hidup. Jika pebisnis peduli pada bisnisnya,
maka mereka harus peduli pada lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Sebab
itu menyangkut generasi yang akan datang.
“Terakhir adalah CSR (Tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat) untuk memberikan manfaat kepada masyarakat sekelilingnya,” ujar Boediono.
- Etos Kerja
Etos
berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Etos berasal
dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh
individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua
bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan
fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan Etos
ini pertama kali dirumuskan oleh Jansen Sinamo dalam buku 8 ETOS Kerja
Profesional, yaitu :
1.
Kerja adalah
Rahmat; “Aku Bekerja Tulus Penuh Rasa Syukur”
2.
Kerja adalah
Amanah; “Aku Bekerja Benar Penuh Tanggungjawab”
3.
Kerja adalah
Panggilan; “Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas”
4.
Kerja adalah
Aktualisasi; “Aku Bekerja Keras Penuh Semangat”
5.
Kerja adalah
Ibadah; “Aku Bekerja Serius Penuh Kecintaan”
6.
Kerja adalah
Seni; “Aku Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas”
7.
Kerja adalah
Kehormatan; “Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan”
8.
Kerja adalah
Pelayanan; “Aku Bekerja Paripurna Penuh Kerendahanhati”
- Realisasi Moral Bisnis
Relativitas
Moral dalam Bisnis Tiga pandangan umum yang dianut:
1.
Norma etis yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang
lain. Hal ini berarti perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang
berlaku di negara tempat perusahaan melakukan bisnis.
2.
Norma negara sendirilah yang paling benar dan tepat. Pandangan ini
mewakili kubu moralisme universal, bahwa pada dasarnya norma dan nilai moral
berlaku universal (prinsip yang dianut di negara sendiri juga berlaku di negara
lain)
3.
Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali. Pandangan
ini sama sekali tidak benar. Pendekatan stakeholder adalah suatu pendekatan
dengan cara mengamati unsur-unsur dalam bisnis yang saling terkait dan kemudian
menjelaskan secara analitis bagaimana unsur-unsur tersebut akan dipengaruhi dan
juga mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis.
- Pendekatan Stock Holder
Pergeseran
Paradigma Dari Pendekatan Stockholder dan Pendekatan Stakeholder
Penerapan etika
bisnis ini murupakan penerapan dari konsep "Stake Holder" sebagai
pengganti dari konsep lama yaitu konsep "Stock Holder" . Pengusaha
yang menerapkan konsep Stock Holder berusaha untuk mementingkan kepentingan
para pemengang saham (Stockholder) saja, di mana para pemegang saham tentu saja
akan mementingkan kepentinganya yaitu penghasilan yang tinggi baginya yaitu
yang berupa deviden atau pembagian laba serta harga saham dipasar bursa.
Dengan
memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan mereka akan tinggi, sedangkan
dengan naiknya nilai atau kurs saham akan merupakan kenaikan kekayaan yang
dimilikinya yaitu sahamnya itu dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Pemenuhan kepentingan ataupun tuntutan dari para pemengan saham itu sering kali
mengabaikan kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang lain yang juga terlibat
dalam kegiatan bisnis. Pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis tidak
hanya para pemegang saham saja akan tetapi masih banyak lagi seperti :
1.
Pekerja/ karyawan
2.
Konsumen
3.
Kreditur
4.
Lembaga-lembaga keuangan
5.
Pemerintah
REFERENSI :
Pustaka
Filsafat ETIKA BISNIS, Tuntunan dan Relevansiny. By Dr. A.
Sonny Keraf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar